Desantara Foundation, Pesantren Ekologi Misykat Al-Anwar dan LAPAR Sulsel gelar Kemah Ekologi bertema Kerjasama Antargama Untuk Menanggulangi Krisis Iklim di Hotel Jolin Makassar, 26-28 Februari 2022.
Kegiatan ini dihadiri oleh Direktur LAPAR Sulsel, Muhammad Iqbal Arsyad, Plt. Direktur Desantara Foundation, Roy Murtadho, Pendiri Pesantren Ekologi Misykat Al-Anwar serta perwakilan dari Kementerian Agama Kota Makassar yang di wakili oleh Afdhal, S.Ag,. MM, Dinas Lingkungan Hidup yang di wakili Muchtar serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Makassar yang di wakili oleh Pantja Nur Wahidin.
Perserta dalam kemah ekologi ini berjumlah 15 orang dan berasal dari perwakilan anak-anak muda lintas iman se-Makassar.
Roy Murtadho, dalam sambutannya menyampaikan “Kegiatan ini merupakan agenda tahunan untuk mendampingi anak-anak muda lintas iman dalam menjaga lingkungan. Desantara saat ini fokus dalam dua isu, diantaranya Lingkungan hidup dan Multikulturalisme.
“Krisis iklim itu nyata dihadapan kita, kolaborasi saat ini dibutuhkan dalam rangka penanggulangan krisis iklim karena kedepan kita akan menghadapi suatu fenomena besar yang perlu direspon dengan baik”. Ungkapnya.
Afdhal menyampaikan nilai-nilai dalam Islam yang berkaitan dengan hubungan manusia dan alam semesta. “Islam pemeliharaan alam merupakan suatu parameter menjaga keimanan seseorang, kalau ada yang mau merusak lingkungan berarti orang itu tidak sama sekali menjaga keimanannya” ungkapnya
Muchtar menyampaikan permasalahan perusakan lingkungan di Makassar yang saat ini menjadi perhatian khusus dalam mencarikan solusi penanggulangannya.
“Ekologi merupakan interaksi dengan makhluk lain, terkait masalah lingkungan hidup yang ada di Makassar. TPA yang ada di Tamangapa menghasilkan 17 Ribu Ton dalam jangka waktu perbulannya, sehingga penampungan sampah yang ada di Tamangapa saat ini sudah mengalami kolaps”. Ungkapnya
Pantja Nur Wahidin, menyampaikan bahwa pendidikan awal anak sudah seharusnya mengenali Kerusakan lingkungan baik didarat dan dilaut, itu diakbiatkan oleh manusia sendiri. Teman-teman NGO penting menyuarakan kirisis iklim untuk menyelamatkan lingkungan.
“Ada Ekosistem yang berkesinambungan melalui sekolah sampai di luar sekolah terkait edukasi dalam merawat lingkungan, sehingga harapan-harapan penanggulangan dan penyematan dapat dicegah melalui institusi pendidikan kepada siswa-siswi di sekolah” Lanjutnya.
Muhammad Iqbal Arsyad mengungkapkan, Krisis Iklim ini nyata dihadapan kita, saat ini harusnya bukan lagi hanya aktivis lingkungan yang menyuarakan krisis iklim tapi aktivis lintas iman juga perlu menyuarakannya untuk penyelamatan lingkungan.
Iqbal Arsyad Menambahkan ” Membangun Kalaborasi melalui aktivis lintas, Aktivis Lingkungan maupun pemerintah termasuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kemenag dan Dinas Lingkungan Hidup kedepan melakukan tindakan bersama dalam pencegahan perusakan iklim yang saat ini dampaknya kita rasakan”.
Ince Arif, Staf Divisi Agama dan Wacana LAPAR Sulsel